Jalan kaki atau Public Transport?


Pertanyaan ini yang pertama kali melintas di kepala saat saya menunggu dijemput di airport, pertama kali tiba di Leeds. Selama tinggal di Indonesia, tepatnya di Bandung, masalah tentang transportasi ini boleh dibilang mudah karena kami memiliki kendaraan sendiri. Apalagi masalah transportasi umum, tentunya mudah didapat karena sudah lama kenal dengan sistemnya. Sistem? Yaaa boleh dibilang begitu lah, karena toh sudah ada yang mengatur. Apakah sistemnya teratur? Nah, ini jawabannya relatif. Ah, diplomatis! Pake ‘relatif’ segala, padahal kan hehehe. Buat saya, memang relatif kok, kita harus menghargai orang yang sudah berusaha mendesain, mengatur, menata, dan apapun namanya, sehingga sistem transportasi di Bandung dan sekitarnya itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, berikutnya adalah tentang kualitas dan permasalahan apa saja yang akan muncul.

Setelah beberapa hari tinggal di Leeds, saya belajar dari istri saya yang kebetulan sudah berada di Leeds selama dua bulan. Ternyata, di Leeds nggak ada yang namanya angkot atau semacam mobil ber-plat nomor kuning yang kursi penumpangnya didesain sedemikian rupa sehingga memampatkan menampung sejumlah penumpang. Di sini, yang ada hanya bus dan taksi.

Jadi kali ini saya akan membahas moda transportasi umum bus di Leeds karena untuk taksi akan dibahas di tulisan yang berbeda.

Oke, jadi gimana caranya naik bus di Leeds? Gampang! Pas ada bus mendekat, cukup lambaikan kaki tangan, maka bus akan berhenti dan kita bisa langsung naik. Semudah itu? Iya, semudah itu tapi ada syaratnya: sopir bus hanya akan menghentikan bus di bus-stop! Jadi, kalau mau naik dan turun bus hanya bisa dilakukan di bus-stop. Waahh..lokasi bus-stop kan jauh! Tenang..jarak antar bus-stop kira-kira bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama rata-rata 5 menit.

Beli tiketnya gimana? Gampang juga, tinggal bilang ke sopir bus: “Beli tiket dong bro!” dijamin nggak akan dikasi karena dia bakal bengong nggak ngerti bahasanya (kecuali sopirnya ngerti bahasa Indonesia). Jadi kalau mau beli tiket, memang bisa langsung dilayani oleh sopir bus dan mereka menggunakan alat khusus semacam mesin kasir mini yang bisa mencetak tiket. Ada beberapa jenis tiket yang tersedia: tiket harian, tiket mingguan, dan tiket bulanan, tersedia juga tiket sekali jalan sesuai jarak. Hal yang seru adalah, untuk tiket harian bisa dipakai terus-terusan dengan trayek apapun (selama di dalam kota) dan berlaku hanya satu hari sesuai tanggal yang tercantum. Tarif tiket untuk dewasa dan anak-anak pun berbeda, untuk anak di bawah usia 6 (enam) tahun, gratis! Untuk tiket jangka panjang (mingguan atau bulanan) akan ditempelkan pada sampul khusus sehingga tiket akan awet kecuali ada yang doyan makan tiket kecuali hilang. Tiket bersampul bisa dilihat di gambar berikut:

IMG_20160608_144105

Bagaimana dengan harganya? Untuk 1 tiket dewasa yang berlaku 1 hari, harganya £4.00 (empat poundsterling), kalau mau dikurskan ke rupiah, saat tulisan ini dibuat, kira-kira Rp 80.000,-. Wuih, mahal!! Yap, memang mahal, tapi kalau bisa dipakai seharian dan kemanapun, akan jauh lebih hemat dibanding taksi Uber sekalipun. Tiket yang lebih murah ada nggak? Ada, nyamar jadi anak-anak aja, kalau kita bepergian dalam kelompok maksimal 5 (lima) orang, bisa beli tiket Family and Friend yang harganya £5.00 (weekend) atau £8.20 (weekdays). Pemerintah mendorong masyarakat untuk bepergian secara berkelompok, tujuannya agar masyarakat lebih memilih transportasi umum dan massal serta bersosialisasi. Ada juga tiket jangka panjang, untuk tiket 1 minggu (7 hari) harga untuk dewasa £14.50 dan untuk anak-anak £7.50. Kalau yang berlaku 1 bulan harganya £55.00 dan yang 1 tahun £550.00. Harga tiket khusus pelajar: gratis kalau langganan bus sekolah, kalau terpaksa tidak langganan maka, harga tiket bulanan £43.00, semesteran £105.00.

Wah, enak dong tiketnya bisa dipinjemin ke orang lain.. Yup, bisa banget.. Bahkan saat jatah tiket harian saya hanya terpakai untuk pergi-pulang tek-tok tanpa mampir, tiket tersebut saya kasih ke orang lain karena siapa tahu dia memerlukan. Kalau berniat untuk membuang tiket yang hanya secuil kertas itu, di dalam bus disediakan tempat untuk membuang kertas tiket supaya bisa didaur-ulang.

Masih tetep mahal ah.. Tenang, ada pilihan yang lain, yaitu jadi tukang pinjem tiket orang lain jalan kaki!

Trotoar di kota Leeds sangat friendly dengan pejalan kaki, kereta bayi, kursi roda dan tuna netra. Apalagi didukung dengan udara yang bersih karena polusi kendaraan betul-betul dibatasi, tentunya aktivitas jalan kaki ini jadi sesuatu yang menyehatkan. Dan memang betul, masyarakat di kota ini secara umum lebih menyukai jalan kaki, kecuali kalau memang jarak yang ditempuh cukup jauh, barulah menggunakan bus. Taksi jadi pilihan berikutnya, khususnya kalau dalam keadaan kepepet. Pejalan kaki betul-betul diprioritaskan, untuk jalan yang berbentuk tikungan, disediakan jalur khusus pejalan kaki yang jaraknya yang relatif lebih pendek karena mengambil jalur diagonal, dan di kanan kiri jalur tersebut adalah taman yang rindang dan asri, betul-betul menyehatkan.

Pengguna kereta bayi dan orang-orang disabilitas tidak akan repot naik-turun bus atau menyeberang antar trotoar, karena di sudut-sudut trotoar disediakan jalur landai, sehingga tidak perlu mengangkat kereta bayi atau kursi rodanya. Bagi tuna netra disediakan jalur dengan kontur khusus, sehingga bisa dikenali. Untuk menyeberang jalan juga disediakan jalur penyeberangan dengan fasilitas lampu lalu lintas untuk pejalan kaki, sehingga bisa bergantian dengan kendaraan.

So, pilih jalan kaki atau kendaraan umum? Tergantung “style”, kalau mau naik kendaraan umum, harus betah menunggu kedatangan bus meskipun fasilitas di bus-stop cukup nyaman (termasuk info tentang waktu kedatangan bus), tapi kalau nggak betah nunggu bus atau menganggap naik dan menunggu bus itu  ngabisin duit buang-buang waktu, ya pilihannya adalah jadi fakir tiket jalan kaki, bonusnya adalah sehat dan betis gede tubuh menjadi kuat.


Leave a Reply